Awalnya tidak pernah terbayangkan saat mengikuti challenge Blogger Perempuan dengan keyword "Momen Ramadan yang Tak Terlupakan" yang akan saya tulis justru bukan momen menyenangkan. Ya, yang semula berjalan baik-baik saja bagi saya dan keluarga di Ramadan kali ini, ternyata di penghujung bulan puasa kami justru mendapat ujian yang bagi saya ini cukup berat.
2024 menjadi tahun pertama bagi saya dalam menjalankan ibadah puasa dengan peran sebagai seorang ibu dengan bayi berusia 6 bulan. Tentu menyenangkan karena impian pernikahan untuk menjalankan Ramadan bersama anak telah terwujud. Setelah Ramadan berjalan beberapa hari, kami mulai mempersiapkan kebutuhan lebaran seperti pakaian, kue, dan banyak lainnya.
Akan tetapi, yang tidak pernah terduga yaitu ujian yang Allah berikan pada pundak saya dan suami di penghujung Ramadan ini. Tepatnya ketika putri saya mengalami demam pada tanggal 5 April pukul 03.00 WIB. Awalnya hanya demam biasa, tetapi setengah jam kemudian anak saya buang air besar dengan tekstur yang encer.
Saya langsung tahu dia sedang tidak dalam kondisi yang baik. Dan ternyata benar saja, intensitas buang air besar pun terus meningkat hingga badannya semakin lemas. Sejak pukul 03.00 itulah Ashfa tidak mau lepas dari gendongan saya kecuali sedang dibersihkan pupnya.
Karena kondisinya tak membaik hanya dengan obat Paracetamol anak, akhirnya saya dan suami membawa Ashfa ke Puskesmas, sebab bidan setempat memang sedang tidak di rumah. Setelah ke Puskesmas kami mendapatkan obat untuk mengatasi diare dan demam Ashfa. Namun, hingga waktu Magrib intensitas pupnya tidak juga berkurang.
Tubuhnya pun semakin lemas dan selama seharian Ashfa tidak mau bersuara atau tertawa. Namun, saya tetap berpikir positif bahwa mungkin saja obatnya sedang proses untuk memberikan efek baik. Sayangnya keyakinan tersebut terpatahkan.
Saat berbuka puasa saya baru sempat meminum es buah. Kebetulan di rumah sedang kumpul keluarga besar suami. Jadi momen berbuka puasa menjadi lebih ramai daripada biasanya. Akan tetapi, saat sedang menikmati segarnya es, saya merasa Ashfa pup kembali. Akhirnya saya pun bermaksud membersihkan pup Ashfa di kamar. Namun, saya merasa sangat khawatir sebab Ashfa tak berhenti mengeluarkan feses.
Karena tidak mau terjadi hal buruk pada anak, saya pun langsung menghubungi bidan setempat melalui telepon WhatsApp. Saya langsung mengatakan setiap detail kondisi yang Ashfa alami setelah memastikan bahwa ibu bidan sudah dalam kondisi santai. Hingga akhirnya beliau menyarankan untuk segera membawa Ashfa ke Rumah Sakit.
Mungkin saya tidak sendiri sebagai seorang ibu merasa terkejut atas kabar seperti itu. Namun, sungguh sebagai ibu muda yang mengurus anak pertama, saran membawa anak ke rumah sakit benar-benar menjadi pukulan untuk hati dan pikiran ini. Spontan saya menangis sesegukan karena tidak bisa membayangkan betapa sakit dan tak nyamannya Ashfa. Tangannya yang masih kecil harus ditembus jarum infus.
Namun, tak ada pilihan lain bila saya ingin memberikan perawatan terbaik untuk anak. Saya harus berani menjalani takdir meskipun sesak di dada. Ashfa memang harus segera mendapatkan pertolongan dari paramedis sebelum dehidrasi. Sehingga dia bisa mendapatkan perawatan dengan baik dan cepat sembuh.
Setelah musyawarah singkat dengan suami, kami akhirnya memilih membawa Ashfa ke RSIA Mutiara Hati. Sesampainya di sana Ashfa langsung mendapatkan penanganan dari perawat dan dokter umum sebab dokter anak tidak hadir saat malam. Mulai dari pemeriksaan suhu tubuh sampai tanya jawab singkat dengan saya sebagai orangtua. Dari tanya jawab tersebut akhirnya diputuskan bahwa Ashfa harus dirawat.
Foto tangan Ashfa yang diinfus |
Suami pun langsung melakukan pendaftaran rawat inap. Di sisi lain Ashfa juga terus mendapatkan perawatan mulai dari pasang infus hingga obat. Meski ada drama menangis karena tentu sakit rasanya saat dipasang infus, tetapi Ashfa bisa tenang kembali setelah semua peralatan beres terpasang. Hanya saja hingga sekarang dia masih sedikit trauma saat melihat perawat. Ashfa jadi takut dan tatapannya tegang saat ada perawat masuk ruangan, maklum karena dia baru dipasang infus dan sempat gagal satu kali.
Malam pertama di rumah sakit Ashfa masih sering buang air besar. Dia diare dan demam. Hasil dari pemeriksaan darah dikatakan bahwa ada bakteri dalam pencernaan Ashfa. Saya pikir ini karena Ashfa sering memasukkan mainan ke mulut saat merangkak. Beberapa waktu lalu juga sempat meminum air yang terkontaminasi sabun.
Waktu itu sumur kami memang sempat terkena air sabun karena hujan deras melanda, air comberan pun meluap. Tanpa kami sadari ternyata limbah air sabun mencemari air sumur. Tapi beruntungnya waktu itu —saat berbuka puasa, saya langsung sadar bahwa air sumur rasanya mulai berubah sehingga kami berhenti konsumsi air sumur. Tapi sayangnya Ashfa sudah sempat meminum air tersebut. Sehingga ada kemungkinan efeknya justru baru terasa sekarang.
Balik lagi soal rumah sakit, sampai sekarang Ashfa masih dirawat. Tekstur fesesnya masih benyek dan berair. Saya belum tahu kapan Ashfa diizinkan pulang dan dinyatakan sembuh. Saya tidak pernah merasa tenang dan terus khawatir. Apalagi kalau Ashfa banyak gerak, takut infusnya tercabut tanpa sengaja.
Apalagi sekarang ada iritasi di dekat saluran pembuangan Ashfa. Jadi dia yang semula anteng, diem, dan gak rewel sekarang selalu merengek saat diganti diapersnya.
Dokter juga masih menganjurkan Ashfa untuk dilanjutkan perawatannya. Yang artinya kami harus tetap di rumah sakit untuk hari ini (07/04).
Dan yang menambah kepedihan hati saya, pagi ini tepatnya tanggal 7 April, saya baru tahu kalau ibu mertua juga sakit di rumah. Bahkan semalam kondisinya sempat drop hingga tak sadarkan diri. Beruntungnya ada keluarga kakak ipar dari Bekasi yang sudah mudik dan stay di rumah ibu. Juga ada keluarga adik ipar turut datang. Sementara saya dan suami di rumah sakit mengurus anak. Namun, tetap saja hati ini pedih sekali memikirkan orang-orang yang saya sayangi sakit bersamaan. Sedangkan lebaran tinggal menghitung hari.
Jadi mana mungkin saya bisa melupakan kejadian ini? Momen Ramadan yang saya harap berisi kebahagiaan, kumpul bersama keluarga besar, ternyata malah datang musibah ini. Saya takut sekali jika mendengar kata "dirawat" karena sebelumnya saya pernah beberapa kali mengalami hal buruk sampai harus dilarikan ke rumah sakit. Dan sekarang saya tidak menduganya bahwa putri kecil saya harus dirawat karena diare di usianya yang masih 6 bulan.
Karenanya sulit bagi saya untuk melupakan momen ramadan tahun ini. Karena lukanya dalam sekali. Ini pukulan bagi saya sebagai seorang ibu baru. Namun, beruntungnya saya memiliki pasangan hidup yang siaga, yang selalu tanggap terhadap kebutuhan keluarga sehingga Ashfa dapat ditangani tepat waktu.
Untuk pelayanan RSIA Mutiara Hati juga sangat memuaskan. Ashfa Insya allah mendapatkan perawatan terbaik. Semoga Ashfa cepat sehat dan bisa segera pulang sebelum lebaran Idulfitri tiba. Dan semoga momen Ramadan yang tak terlupakan tahun 2024 yang pedih ini dapat terganti dengan kebahagiaan. Aamiin.
Semoga putrinha cepat sembuh kak. Begitu juga ibunya. Semangat ya kak smoga bsa lbaran bareng kluarga drumah.
BalasHapus