Rabu, 10 November 2021
Kamis, 04 November 2021
Sabtu, 23 Oktober 2021
Kamis, 30 September 2021
Jumat, 27 Agustus 2021
Rekomendasi Novel yang Seru untuk Dibaca saat Santai, Diambil dari Kisah Nyata!
Buat kamu yang merasa bosan dengan kesibukan
atau aktivitas harian yang selalu sama, membaca mungkin bisa menjadi salah satu
solusi untuk mengembalikan mood
seperti sedia kala. Kegiatan membaca juga dapat berguna untuk mengisi waktu
luang agar harimu tidak terasa membosankan.
Sudah berapa banyak novel yang kamu baca
selama satu bulan terakhir? Kamu tidak perlu bingung untuk mendapatkan bacaan
yang seru dan menantang. Sebab kali
ini kamu bisa berkenalan dengan novel bergenre horor berjudul Milna and Me.
Sabtu, 21 Agustus 2021
SPOILER Novel Ada Hati yang Terluka - Bab 2 Tidak Berguna(Telah Terbit)
Waktu masih menunjukkan pukul tujuh ketika Raven mengucek mata sembari menarik ponselnya yang tersimpan di bawah bantal. Lelaki bermata belok itu hanya duduk di ranjang tanpa ingin beranjak. Matanya yang semula buram seketika menjadi sangat berbinar. Ditatapnya saksama layar yang memampangkan posting-an foto bersamanya di Barriecito.
“Oh Tuhan! Nggak nyangka banget bakal seantusias ini reaksi mereka,” gumamnya sambil cekikikan. Hatinya yang sedang berbunga-bunga bahkan sampai menutup pandangannya terhadap kehadiran Alifa.
“Mas, nanti kamu ada acara, kan, di SMK Nurul Himmah?” Alifa berdiri di hadapan suaminya, tapi Raven tidak menggubris. “Mas, ini sudah jam tujuh, kamu harus segera mandi dan sarapan! Aku sudah siapkan nasi goreng dan telur dadar untuk kamu,” lanjutnya, berusaha menyadarkan suaminya yang sedang hanyut oleh sosial media.
“Eh, Lif! Coba kamu lihat ini! Aku nggak nyangka kalau kehadiranmu semalam ternyata berdampak besar untuk menaikkan pamorku.” Bukannya merespons perkataan istrinya, Raven malah menyodorkan ponselnya kepada Alifa.
“Astaga, Mas! Kamu dari tadi nggak nganggep kedatanganku cuma gara-gara posting-an banjir like dan komentar netizen?” Alifa merasa dongkol. Bukan apa-apa, hanya saja yang Raven lakukan sepagi itu adalah hal yang sama sekali tidak penting.
“Asal saja kalau bicara! Ini tuh sebuah pencapaian, Lif! Sekarang follower aku meningkat, begitu juga dengan jumlah like dan komentarnya. Selama aku jadi motivator, baru ini unggahanku yang banjir perhatian.” Raven menatap Alifa sambil menggeleng keheranan.
“Ya aku tahu, Mas. Tapi bisa kan, kalau bangun tidur itu nggak meriksa ponsel dulu?”
“Halah! Kamu bilang begitu gara-gara nggak terima ada yang komen buruk tentangmu toh? Lah, itu kenyatan, Lif. Kamu memang gendutan sekarang,” ejek Raven sembari beranjak keluar. “Eh tunggu, aku lupa bilang kalau kamu itu seharusnya bersyukur nikah sama aku!”
“Mas, kamu itu!” Alifa meremas wajahnya. Dia tidak dapat berbicara lagi, tenggorokannya seperti tertusuk belasan duri ikan. Apa kabar dengan hatinya? Alifa hanya mengelus dada sembari membendung genangan kecil pada pulupuk mata.
Bisakah dia kembali bersabar? Dan jawabannya adalah ‘iya’. Mau tidak mau Alifa harus selalu mengalah karena dia punya tujuan tersendiri. Meskipun, kepahitan lebih sering mencekiknya. Dia hanya berpikir jika fase seperti itu memang akan ada dalam rumah tangga.
Alifa mendesah, mungkin situasi akan lebih buruk dari apa yang dipikirkannya. Firasatnya tidak pernah salah, intuisi seorang wanita yang melankolis jarang meleset.
“Mbaaaak! Kenapa kuning telur ini pecah dan nggak bisa bulat kayak posting-an para Foodies, sih?”
Good job! Belum juga firasat itu hilang dari benak Alifa, sekarang Nevana sudah memulai kegaduhan. Sungguh kombinasi menyebalkan untuk memulai hari.
“Iya, Neva! Maafin Mbak, ya! Foodies, kan, biasanya dimasakin sama chef, jadi hasilnya bakal bagus,” terang Alifa. Dia tergopoh menuju ruang makan. “Mau coba Mbak buatkan yang baru?” tanyanya lirih. Alifa tahu, situasi seperti sekarang sangat dibenci oleh adiknya. Nevana paling tidak suka jika keinginannya tidak terealisasi. Namun, itu bukan murni kesalahannya, kan? Alifa sudah berusaha membuatkan telur ceplok dari sebelum subuh. Meskipun, hasilnya masih tetap sama.
“Alifa! Kamu ini bisa nggak sih, jangan menciptakan sumber keributan kalau pagi? Tadi gangguin aku, sekarang lihat! Adikmu sendiri jadi nggak nafsu makan gara-gara kamu nggak becus bikin telur ceplok!”
“Aku males sarapan, Mbak!”
“Neva, biar Mbak pesankan dulu pakai Goprek, ya?” tawar Alifa sebelum Nevana meninggalkan meja.
“Nggak usah, Mbak! Kamu makan aja itu telurnya, Neva kenyang,” sungutnya. Kemudian, gadis bermata sipit itu menutup pintu kamarnya dengan cepat dan kuat.
“Kamu itu bisa apa lagi sih, selain nulis hal nggak penting?” Raven menyipitkan tatapannya terhadap Alifa.
Kini Alifa merasa semakin tidak berguna. Ketidakmampuannya menjawab pertanyaan Raven sudah cukup menunjukkan jika dia hanya seonggok daging hidup yang tidak becus mengurus keluarga. Padahal, hati kecilnya masih yakin bahwa dia lebih dari sekadar layak untuk dihargai dan dihormati, sekalipun dia memiliki kekurangan.
“Sudahlah! Mungkin kamu itu terlalu cupu atau lebih tepatnya kurang pergaulan. Ditanya cuma bisa diam, kerjain apa-apa nggak pernah bener. Sumpah dongkol aku, Lif!”
“Dongkol kenapa lagi, Mas? Nasi goreng dan telur dadar untukmu sudah enak, kan?” tanya Alifa, meminta kejelasan.
“Memang sih, tapi kamu sudah bikin Nevana nggak nafsu makan!” Raven membanting sendoknya di meja. Kemudian, dia berlalu begitu saja.
Alifa menggigit bibir bawahnya untuk menahan kegetiran ketika suaminya lagi-lagi bersikap keras. Sekarang, bibirnya bahkan lebih terasa perih dibandingkan perasaannya. Meskipun begitu, dia pasti akan baik-baik saja setelahnya.
“Tapi, kenapa Mas Raven ikut-ikutan marah? Aku, kan, nggak ada salah sama dia,” gerutunya polos.
Alifa tidak mau terlalu memikirkanya karena merasa itu akan sia-sia. Lebih baik segera membereskan meja makan, lalu bekerja. Ya, itu lebih baik daripada membuang-buang waktu untuk merenungi ucapan Raven. Setidaknya, menulis akan membantunya mengikis rasa tidak berguna yang menyumpal pikiran.
Baca Juga: 5 Alasan Mengapa Harus Punya Novel Ada Hati yang Terluka
5 Alasan Mengapa Harus Punya Novel “Ada Hati yang Terluka”
Novel Ada Hati yang Terluka merupakan karya ketiga dari Keza Felice. Kali
ini novel yang penulis garap tidak lagi bergenre horor ataupun misteri,
melainkan bergenre adult. Apabila sebelumnya kamu menemukan kisah-kisah seram
dan mencekam dari kedua novelnya yang sudah lebih dulu terbit, maka kali ini
kamu akan menemukan warna-wara baru dalam novel tersebut.
Novel Ada Hati yang Terluka digarap dalam waktu kurang lebih empat puluh
hari di mana pada awalnya novel tersebut diikutseratakan dalam challenge kelas menulis. Yang kemudian
setelah terpilih, penulis memutuskan untuk menerbitkan karyanya itu di Redaksi
Hydra.
Alasan Mengapa Harus Punya Novel Ada Hati yang Terluka
Mungkin bagi sebagian orang novel
bergenre adult sudah sangat biasa. Akan tetapi novel yang menceritakan tentang
kehidupan rumah tangga ini akan memberikan kamu kesan berbeda. Penulis juga
menyisipkan pesan-pesan tersirat dalam setiap kisah yang dia gambarkan dalam
novel tersebut.
Tak hanya itu saja, novel ini juga
menjadi self reminder bagi penulis, di
mana kejadian serupa memang sangat bisa terjadi bagi siapa saja.
Nah, mengapa sih kamu harus banget punya novel Ada Hati yang Terluka? Berikut lima alasan yang dapat kamu ketahui.
1. Out Of The Box
Ternyata novel yang diperankan oleh
Alifa Atabinda dan Raven Sagara ini merupakan sebuah tulisan yang berhasil terselesaikan
atas dasar out of the box penulis. Apabila
sejak tahun 2018 penulis sudah gemar dan mencintai genre horor, kali ini
penulis mencoba untuk mengasah kemampuannya dengan menggarap genre adult
walaupun hal tersebut berada di luar zona nyaman.
Penulis berusaha untuk menciptakan “sesuatu”
di balik karya tulisnya. Oleh karenanya kisah dalam novel Ada Hati yang Terluka juga dibuat dengan beberapa riset yang ada di
dunia nyata, yang kemudian dikemas sedemikian rupa hingga akhirnya tersusun
rapi dalam kisah kehidupan rumah tangga Alifa.
Mungkin kamu bisa membayangkan bagaimana keseriusan penulis dalam menggarap novel tersebut. Sebab genre yang diusung memang berbeda daripada biasanya. Tetapi keseriusan menjadikan novel AHYT alias Ada Hati yang Terluka berhasil membuat para pembaca turut hanyut dalam kisah para tokoh di dalamnya.
2. Harga Murah
Alasan kedua mengapa harus punya novel Ada Hati yang Terluka karena buku cantik ini ternyata dijual dengan harga murah. Tak perlu merogoh kantong terlalu dalam, hanya dengan mengeluarkan uang sebesar Rp82.000 kamu sudah bisa mendapatkan novel karya Keza Felice ini.
Novel dengan nomor ISBN
978-623-6969-39-7 ini berjumlah 193 halaman dan sangat cocok dinikmati untuk
mengisi waktu luang, terlebih saat PPKM seperti sekarang ini. Cerita yang
disuguhkan pun tidak membosankan karena selalu ada kejutan dalam setiap chapter cerita.
Oleh karenanya dengan harga murah
tersebut kamu sudah bisa memeluk novel Ada
Hati yang Terluka tanpa repot-repot. Karena kamu dapat menghubungi penulis
secara langsung atau justru dengan memesan ke penerbit Redaksi Hydra (CP Kak Gabriel: 089603229227) . Dalam beberapa
waktu mendatang kamu juga sudah bisa membeli novel ini melalui marketplace Redaksi Hydra.
Kabar baiknya, novel Ada Hati yang Terluka juga dapat dipesan
dalam bentuk paket bernama Queen Set yang di dalamnya terdapat juga novel Milna and Me. Untuk paket tersebut kamu
hanya perlu mengeluarkan budged sebanyak
Rp157.500 yang bila dibeli secara terpisah kamu harus mengeluarkan budged untuk keduanya sebesar Rp162.500.
Kentungan membeli novel dengan Queen Set di antaranya adalah ongkir lebih hemat karena tidak perlu beli dua kali dan harganya pun sudah mendapatkan diskon.
3. Banyak Pembaca yang Baper
Pada mulanya novel Ada Hati yang Terluka karya Keza Felice
ini dipublikasikan pada platform menulis online
bernama Wattpad. Kamu masih bisa membaca beberapa bab yang tersedia secara
gratis dengan mengunjungi akun Wattpad @Keza236 atau bisa dengan meniliknya di
sini : Karya Keza Felice
Nah, ternyata
novel genre adult pertama dari penulis mendapatkan sambutan hangat dari para
pembaca. Banyak di antara mereka yang mengungkapkan “perasaannya” sebagai
repons dan bentuk dukungan untuk setiap chapter
novel tersebut melalui kolom komentar.
Banyak yang mengaku merasa kesal dan juga baper dengan rangkaian adegan yang ada di dalam novel. Bahkan, salah satu tim penerbitan pun mengatakan bahwa novel bertema rumah tangga garapan penulis ini sangat ngefeel dan benar-benar berhasil membawa pembaca merasa geregetan. Sebenarnya apa yang terjadi antara Alifa dan suaminya?
4. Relate dengan Kehidupan
Tokoh Alifa Atabinda dalam novel Ada Hati yang Terluka juga digambarkan
dengan detail oleh penulis. Perempuan yang bekerja sebagai content writer tersebut dinikahi oleh seorang motivator kondang
bernama Raven Sagara.
Perempuan berpipi tembam dan
berkacamata bulat jumbo itu bahkan sangat mencintai suaminya, walaupun pada
kenyataannya Raven selalu meminta Alifa untuk melakukan gimik mesra setiap kali
berada di hadapan publik.
Karier Raven yang sudah di atas awan
bahkan menjadikan dia semakin menggila terhadap pujian. Raven berhasil
mengelabui banyak orang dengan perlakuan manisnya terhadap Alifa. Kamu dapat
menyaksikan adegan tersebut dengan membaca BAB I Novel Ada Hati yang Terluka
Sebenarnya apa yang dilakukan oleh
Raven ketika tidak di depan publik? Mengapa Alifa tetap mencintai dan menerima
setiap yang dia lakukan?
Sebenarnya Raven bukanlah tokoh yang
digambarkan dengan kesempurnaan hakiki seperti cerita cinta pada umumnya. Dia
adalah lelaki bertubuh super ceking yang bermata belok. Tetapi Alifa bahkan
tidak pernah mencela ataupun memberikan kritik terhadapnya karena dia ingin
menunjukkan baktinya kepada suami. Tetapi apakah Raven juga melakukan hal yang
serupa kepada istrinya?
Alifa bahkan memiliki kebiasaan unik
sebagaimana manusia di kehidupan nyata ketika sedang menahan kegetiran,
kekhawatiran, dan juga ketakutan terhadap suatu hal.
Dalam kisah tersebut, Alifa juga
mempunyai seorang adik perempuan bernama Nevana yang polahnya cukup menguras
kesabaran. Tetapi Alifa sangat menyayangi adiknya itu walaupun sifat mereka
sangat berbeda. Di lain sisi Alifa juga mempunyai seorang sahabat bernama
Rashka, pemilik toko kue yang sangat setia.
Rashka menjaga Alifa sebagaimana
Kakak kepada adiknya. Dia bahkan tidak ingin memiliki pasangan sebelum Alifa
benar-benar menjalani kehidupannya dengan sempurna. Perhatian Rashka bahkan
membuat pembaca meleleh tingkat tinggi dan pengin sekali sosoknya benar-benar
ada di dunia nyata.
Jadi, sebenarnya apa yang terjadi di antara mereka? Kamu tidak akan bisa menebak karena penulis mengemas cerita ini dengan liku-liku pahit manis yang bisa dinikmati dan diketahui hanya dengan membacanya.
5. Biodata Penulis
Penulis merupakan seorang alumni STIT
Pringsewu, Lampung jurusan Manajemen Pendidikan Islam, yang lahir pada 15
Agustus. Mempunyai hobi mendengarkan musik sambil menulis, dia juga ternyata
sangat suka ngemil agar suasana menulis tidak membosankan.
Selain itu penulis juga sudah merilis
kedua novelnya yang bergenre misteri dan horor: Asrama Hagers (Aliena Publishing, 2020) dan Milna and Me (Redaksi Hydra, 2021). Sampai saat ini penulis baru
memiliki empat novel tamat, termasuk Ada
Hati yang Terluka dan satu novel lainnya yang masih berupa draft.
Penulis yang akrab disapa Keza ini
juga merupakan seorang content writer dan
ghost writer. Beberapa website juga telah memberikan kesempatan
kepadanya untuk terus melatih kemampuan menulis artikel dengan memberikannya ‘rumah’.
Sehingga setiap hari penulis selalu menerbitkan artikel-artikel dengan tema
menarik.
Penulis juga aktif di media sosialnya
seperti Instagram dan facebook. Siapa pun dapat menghubunginya kapan saja. Jika
ingin sharing seputar kepenulisan, Keza
juga membuka pintu bagi siapa pun. Jadi tidak perlu ragu untuk menyapanya
melalui media sosial yang dia miliki.
Baca Juga: Bcca Gratis! Novel Ada Hati yang Terluka BAB 2
Nah, sekarang
sudah siap belum nih untuk memeluk novel Ada
Hati yang Terluka? Kamu bisa membelinya kapan pun, tapi makin cepat semakin
baik kan tentunya? Oleh karena itu sebelum ketinggalan trend, mendingan hubungi
penulis langsung, deh! Tidak perlu sungkan untuk bertanya, ya.
Rabu, 11 Agustus 2021
Spesial Order Novel Ada Hati yang Terluka (1-15 Agustus)-Melimpah Bonus
Sinopsis Singkat:
Alifa sangat membenci seorang pengkhianat.
Ingatan tentang peristiwa menyakitkan pada masa kecilnya seakan-akan tak pernah
mati. Karena itulah Alifa tidak ingin pernikahannya ternodai dengan hal yang
sama. Dia selalu berusaha untuk menjadi seorang istri yang sempurna. Dengan
susah payah dia menjaga keharmonisan rumah tangganya. Salah satunya dengan
melakukan gimik mesra di depan publik. Sayangnya, apa yang dia lakukan ternyata
belum cukup. Pada akhirnya dia kembali menjadi korban pengkhianatan. Namun,
bagaimana jika perbuatan menyakitkan itu berasal dari orang-orang terdekat yang
sangat dia sayangi? Jalan seperti apa yang akan Alifa tempuh untuk
menyelesiakan kerumitan hidupnya?
Novel ini sedang Pre-Order dengan banyak sekali bonus dan juga harga diskon.
Ada dua paket yang bisa kamu pilih: Single dan Queen Set.
Dapat dengan menghubungi instagram @Keza236_queen atau bisa membaca BAB 1 secara gratis id sini: Bersamamu
Bonus Spesial Order: Pulpen Kelinci, Pouch Redaksi Hydra, Pouch Travelling. Harga sudah diskon dan sangat murah. (TERBATAS)
Karya terbit lainnya: Asrama Hagers (Alinea Publishing 2020) & Milna and Me (Redaksi Hydra 2021)
Banyak testimoni di Instagram dari para pembaca Novel Ada Hati yang Terluka. Kamu akan MENYESAL jika tidak memesannya karena novel ini sangat relate dengan kehidupan kita. Banyak pesan tersirat yang bisa didapatkan dengan membaca novel ini.
Penulis (saya) juga masih menekuni hobi sebagai content writer dan ghost writer.
Jika ingin saling mengenal dan juga membeli novel-novel lainnya, silakan hubungai melalui DM Instagram.
Kamis, 29 Juli 2021
SPOILER - Ada Hati yang Terluka [Akan SEGERA Terbit] - BAB 1
Yang udah penasaran dan nggak punya aplikasi Wattpad, bisa baca Bab 1 Novel ini sekarang juga! Baca sampai TUNTAS, ya!
****
Bersamamu
Senyum Raven adalah pertanda baik. Bibir tipis dan kemerahan itu melengkung naik. Hal itu yang Alifa suka walaupun jantungnya serasa berdentam setiap kali melihat suaminya yang super ceking itu berseri-seri. Padahal, mereka sudah hidup serumah lebih dari dua tahun.
Perempuan berkacamata bulat jumbo itu bergerak mendekat, menggamit lengan Raven. “Sudah siap, Mas?” tanya Alifa, menatap suaminya.
Raven mengangguk. “Senyummu manis,” pujinya. “Oh iya, kamu harus tunjukkan itu pada semua rekanku, supaya mereka tahu kalau kamu itu memang bahagia bersamaku,” lanjutnya, sambil merangkul bahu Alifa.
Kaki Alifa goyah oleh haru, kebahagiaannya bertambah. Tubuhnya yang semula terasa dingin tersapu oleh kehangatan dari tubuh Raven. Semua pasti akan lancar seperti yang sudah mereka bayangkan.
“Yuk langsung berangkat! Lebih baik datang lebih awal daripada membuat orang lain menunggu.” Raven memimpin langkah dengan tetap bergandengan. Keduanya menuju mobil BMW berwarna hitam yang terparkir di halaman.
Alifa mengangguk paham, rasa tersekat seolah-olah menyerap kemampuan bicaranya. Dia hanya menurut ketika Raven buru-buru mengajak keluar. Meskipun, sebenarnya dia ingin mengabadikan momen itu dengan berswafoto sebelum berangkat. Sudahlah. Dia tidak ingin memikirkannya lagi. Terutama karena suaminya itu memang seorang perfeksionis. Karena itu pula Alifa sudah siap sejak setengah jam lalu untuk menghindari keterlambatan yang mungkin saja terjadi.
Beberapa menit kemudian, mereka meninggalkan rumahnya di Kompleks Arabika dan menuju tempat pertemuan, Barriecito Coffee Shop, yang terletak tidak jauh dari rumah. Meskipun begitu, Raven tetap kukuh untuk mengendarai mobil dibandingkan motor, dengan alasan yang masih sama: tidak ingin istrinya terkena angin malam. Sangat tidak masalah selama semua itu adalah untuk kebaikan. Alifa juga menyukainya, walaupun terkadang merasa itu berlebihan.
Setelah sampai di Barriecito Coffee Shop, Raven kembali menggamit lengan istrinya. Mereka berjalan pelan dengan sesekali membalas senyuman dari orang-orang di sekitar yang menyapa. Dan gara-gara itu, sekarang wajah Alifa jadi menghangat dan bersemu merah. Dia begitu gugup. “Mas, ini nggak apa-apa? Banyak yang melihat ke arah kita,” tanyanya.
Raven spontan menjawil dagu Alifa. “Kamu itu istriku, kenapa pakai tanya begitu segala, sih?” Raven balik bertanya. “Biarkan mereka melihat, orang cantik memang cocok jadi pusat perhatian,” pujinya dengan rasa bangga yang menggumpal dalam benaknya.
Menjadi tokoh publik itu memang selalu menjadi pusat perhatian. Semua orang tahu itu, termasuk Alifa. Untuk itulah dia berusaha tetap rileks agar tidak mempermalukan suaminya yang sedang naik daun. Meskipun, sekarang jantungnya terasa berdegup lebih kencang. Dia masih sulit percaya jika Raven bisa bersikap sangat manis.
Barriecito Coffee Shop tidak terlalu luas, tapi cukup untuk menampung banyak orang yang ingin bersantai menikmati kafein. Bagian luar ruangan terdapat tangga yang biasa digunakan orang-orang jika sekadar ingin duduk tanpa meja dan menikmati pemandangan kota di malam hari. Ruangan dengan pernak-pernik dari kayu itu juga memberi kesan natural, membuat siapa pun merasa betah. Dan Raven mengajak Alifa duduk di bagian tengah ruangan. Dengan begitu, teman-temannya nanti akan lebih mudah menemukan mereka.
“Jangan gugup, Sayang! Kamu tidak perlu tertekan, rileks!” Raven menyentuh punggung tangan Alifa, menyalurkan rasa percaya diri melalui usapannya. Senyum pada bibir Raven semakin mengembang, terlebih ketika wajah teman-temannya telah terlihat.
“Halo, Iren, Aldi,” sambutnya ramah saat mereka tiba. “Silakan duduk dulu! Mungkin Pak Danu dan Paul kena macet,” jelasnya langsung.
“Halo, Mas Raven dan Mbak ... siapa namanya? Aku lupa,” tanya Iren—teman seprofesi Raven, dengan canggung.
“Oh iya, kenalkan ini istriku, Alifa Atabinda.” Raven mengusap bahu Alifa dengan senyum yang masih sama.
“Alifa, Mbak,” tutur perempuan berponi miring itu tak kalah canggung. “Nggak kena macet, kan, Mbak, Mas?” sambungnya.
“Beruntungnya, sih, nggak,” sahut Aldi.
“Mas, istrimu beneran manis loh!” puji Iren kepada Alifa. “Kok, Mbak mau sih, nikah sama laki-laki ceking kayak Mas Raven gini?” lanjutnya dengan gelak tawa.
“Namanya cinta, kan, nggak memandang fisik, Mbak,” jawab Alifa sekenanya.
“Nah, denger, kan apa yang istriku bilang? Ya memang beginilah kalau sudah cinta, makan sepiring berdua saja katanya kenyang. Tapi, aku sih, nggak mau sampai itu terjadi.”
“Aku tahu loh alasannya kenapa ....”
“Memangnya kenapa, Ren?”
“Karena itu bukan romantis, tapi pelit!”
Kalimat Iren itu menciptakan suasana ceria. Mereka kembali tertawa ketika mendengar banyolan itu, membuat kegugupan Alifa perlahan berkurang. Sepertinya dia mulai merasa nyaman berada di tengah-tengah lingkaran pertemanan suaminya.
“Hai Raven!”
Panggilan itu membuat sang empunya nama segera menoleh. “Wah, Pak Danu, Paul, selamat datang,” sambut Raven ketika keduanya mendekat. Kemudian, mereka saling berjabat tangan.
“Kalian terlambat!” seru Iren dan Aldi berbarengan.
“Maaf, tadi Paul mendadak mules dan minta berhenti di pom dulu,” jawab lelaki berkepala plontos yang baru saja datang. “Loh, ini istrimu yang sering kamu ceritakan itu, Ven?” Pak Danu manggut-manggut ketika mengamati wajah Alifa yang memang tembam.
“Iya, Pak, nggak salah kan, apa yang saya bilang?”
“Iya, bener. Memang cantik!”
Sejak tiba di lokasi, degup jatung Alifa memang tidak bisa normal. Suaminya selalu memberinya pujian di depan banyak orang.
“Weleh, Mas Raven memang pintar cari istri ternyata, imut banget loh, iki Mbak Alifa, nggak kelihatan seperti perempuan yang sudah bersuami,” sambung Paul dengan logat Jawa yang kental.
“Sssst! Jangan ngeledekin istriku terus dong, nanti dia malu.”
Raven menatap wajah Alifa yang sudah bersemu merah. Dia tahu istrinya pasti tidak nyaman karena menjadi pusat perhatian. Mau bagaimana lagi, hal seperti ini pasti akan terjadi juga sekarang atau pun nanti.
“Omong-omong, bagaimana acara Sharing Akbar minggu lalu, Mas? Aku dengar banyak ibu-ibu muda yang turut hadir.”
“Itu bener, Ren. Setiap kali Raven yang jadi motivator, pasti yang hadir bejibun. Keren banget, kan?” puji Pak Danu, bangga.
“Ah, nggak begitu juga, kok, Pak. Aku bisa jadi motivator terkenal gini juga kan, karena Pak Danu yang sering promosikan aku.” Raven berusaha untuk tetap merendah.
“Intinya, kalian semua itu hebat!” ucap Alifa sambil memandang wajah suaminya yang berseri.
Obrolan-obrolan ngalor-ngidul itu terus mengalir. Alifa juga sudah tidak secanggung sebelumnya. Namun, kekaguman perempuan tembam itu masih sama seperti saat pertama datang. Dia tidak hentinya menatap sekeliling, menyaksikan betapa ramainya tempat yang dia kunjungi. Banyak muda-mudi yang datang, rata-rata berpasangan, dan Alifa senang melihat itu. Ditambah lagi, aroma seduhan kopi begitu semerbak, menenangkan jiwa-jiwa yang gelisah. Kafein memang pelarian terbaik saat tubuh mulai merasa lelah, atau sekadar menjadi teman bersantai. Sayangnya, baru asyik-asyiknya ngobrol, waktu sudah menunjukkan pukul 22.05 WIB. Mau tidak mau mereka harus segera berpisah.
Sebelum itu terjadi, Raven sudah lebih dulu berinisatif untuk mengabadikan momen. Dia meminta salah satu pelayan yang melintas untuk mengambil gambar kebersamaan mereka. Dalam foto itu, Raven berpose memeluk pinggul istrinya yang kemudian berbalas hal yang serupa. Benar-benar sempurna. Wajar saja jika banyak yang mengidolakannya. Tidak, lebih tepatnya, mengidolakan Raven dan Alifa. Karena mulai malam itu mereka akan menjadi pasangan idaman bagi setiap orang.
*************
“Aku senang akhirnya pertemuan tadi lancar,” ucap Raven sambil melepas pakaian dan melemparnya ke segala arah.
“Ini piamamu, Mas.” Alifa mengulurkan satu setel piama kepada Raven kemudian membereskan pakaian suaminya yang berserakan di latai.
“Terima kasih karena nggak bikin aku malu. Ternyata sekarang kamu sudah lebih siap untuk diajak ke pertemuan-pertemuanku selanjutnya. Tapi sebelum itu, kamu perlu ubah dikit penampilanmu deh, Lif! Jangan pakai kacamata, bisa?”
Mendengar permintaan itu batin Alifa terasa getir. Dia sampai menggigit bibir bawahnya dengan kuat dan baru menyadari ketika lidahnya mencecap rasa manis bercampur asin, bibirnya berdarah. “Em, aku usahakan, ya, Mas,” jawabnya terbata-bata.
Raven sudah kembali seperti sebelumnya. Sekarang, berada satu ruangan bersama lelaki super ceking itu membuat dada Alifa terasa pengap, dan dia lebih gugup dibandingkan saat pertemuan tadi. Padahal, baru saja dia merasa melayang gara-gara beberapa jam yang lalu Raven bersikap sangat romantis. Namun, pada kenyataannya semua itu lenyap seketika setelah mereka menginjakkan kaki pada bangunan bercat kuning mustard yang minimalis itu.
“Lif, jangan lupa periksa kamar adikmu itu, sudah tidur atau belum. Kamu ini, kan, kakaknya. Jangan sampai Ayah mikir kamu nggak becus ngurus keluarga!” Nada bicara Raven mulai naik satu oktaf.
“Baiklah, Mas. Aku ke kamar Nevana dulu. Kamu tidurlah! Nanti aku menyusul,” jawabnya mengalah, sambil berlalu keluar.
“Buruan! Jangan lelet, aku nggak suka!” teriaknya, mengiringi langkah Alifa yang mulai menjauh.
Malam sudah bercengkerama dengan udara dingin. Namun, embusan angin yang dingin itu masih kalah dibandingkan dengan sikap Raven yang barusan. Yang sangat disayangkan, Alifa tidak bisa melakukan protes. Mau tidak mau, dia harus menerima perlakuan suaminya. Mungkin memang begitulah Tuhan menuliskan takdirnya. Dia hanya bisa mengandalkan keberuntungan, barangkali Tuhan tidak terlalu lama tinggal diam dengan apa yang sedang terjadi.
Pada awalnya Alifa memang mengira sikap Raven dipengaruhi oleh tuntutan pekerjaan. Lambat laun semua hipotesa itu terkikis habis. Lelah atau tidak, sikap Raven akan selalu sama. Sialnya, perempuan tembam itu tidak pernah berani menolak apa pun permintaan suaminya. Termasuk untuk memeriksa keadaan Nevana setiap malam. Bahkan, sampai sekarang pun Alifa masih tidak mengerti mengapa dia harus melakukannya. Padahal, Nevana bukan lagi seorang bocah.
B.E.R.S.A.M.B.U.N.G
Ikuti update Spesial Order berlimpah bonus di akun instagram @Keza236_queen
Atau baca cerita lanjutan hanya di sini: Lengkap (Ada Hati yang Terluka)